Rabu, 01 Agustus 2012

Lelaki surau


Terdengar langkah tersaruk seseorang, nampaknya ia ingin mendahului fajar untuk tiba di suraunya. jarak rumahnya yang tak terlalu jauh dari surau itu terasa menjadi perjalanan panjang dan melelahkan. Jelas saja, hanya Mbah Dudung yang melakukannnya seorang diri, dengan langkahnya yang sudah tidak tegap lagi karena termakan usia. Namun apa daya, hanya Mbah seorang yang menghidupkan surau tersebut. Beliau merasa memiliki tanggung jawab atas rumah Allah tersebut.
Surau itu, tempat yang menurut Mbah Dudung mungkin tempat terindah. Walau hanya berdindingkan bilik dan hanya di sangga oleh kayu-kayu yang telah lapuk. Dan mungkin sebagian orang mengatakannya sudah tak layak, namun tetap dengan hati yang teguh nan setia, Mbah Dudung menjaganya. Membersihkan surau, menjadi muadzin, menjadi imam shalat itulah Mbah Dudung. Biasanya, setelah selesai membereskan Surau dan shalat tahiyyatul masjid, beliau langsung saja mengambil microfon bututnya untuk segera mengumandangkan adzan bila telah tiba waktunya shalat. Speaker mesjid itu, sudah berapa tahun umurnya, rasanya sudah sangat tua sekali, akan tetapi masih berfungsi untuk memanggil orang untuk shalat berjamaah di surau kecil tersebut. Namun entah kenapa, tak jarang panggilan tersebut di abaikan sama sekali, sekalinya ada yang mau shalat berjamaah di surau, hanya ada satu atau dua orang.
Inikah Globalisasi? Yang orang sebut awal kemajuan tekhnologi dan Informasi? Tekhnologi dan Informasi bisa saja maju akan tetapi yang Mbah Dudung rasa adalah penurunan Iman dan Taqwa warga kampung. Setelah ada televisi di kampung ini tak sedikit yang menjadi lalai dalam shalatnya, dan semakin menjamurnya televisi semakin jarang juga yang pergi ke surau untuk shalat berjamaah. Astagfirullah...
 Rasanya baru kemarin, ia dan dua anak lelakinya pergi ke surau bersama. Menghidupkannya dengan warna-warna dan semangat ibadah yang mereka miliki. mengajari anak-anak desa mengaji, shalat berjamaah itulah warna yang mereka berikan. Ketika kedua anak lelakinya tumbuh menjadi  remaja yang amat santun, menjadi lelaki surau sepeti ayahandanya mereka memutuskan untuk merantau, namun miris. Imran, sang kakak menjadi korban kecelakaan pada saat hendak merantau, sedangkan Furqan sang adik tak terdengar lagi kabarnya hingga sekarang. Jadilah, Mbah Dudung, lelaki tua itu, kini sendiri. Setelah lama ditinggalan oleh wanita pujaannya sejak melahirkan Furqan, Mbah Dudungpun harus merasakan betapa sulit menjadi Ayah yang sekaligus Ibu untuk kedua anaknya.
Segera Mbah Dudung melakukan shalat tahiyyatul masjid ketika sampai di surau temaram itu. hanya dengan di terangi lampu 5 watt surau itu bisa menyala, sedangkan banyak rumah-rumah warga yang telah memiliki penerangan lebih baik daripada itu, Ironis memang, namun inilah realitanya.
Khusyunya shalat Mbah Dudung akhirnya di akhiri dengan salam, lalu terdengarlah alunan Dzikir nan syahdu dari mulutnya. Ingatannya benar-benar sepenuhnya di isi oleh sang khalik mengingat betapa hidup ini fana dan hanyalah sandiwara belaka untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak.
“Astagfirullah” Mbah Dudung berkali-kali beristigfar, seraya menitikan air mata berharap ampunan Khalilknya di masa senja hidupnya.
****
“Apa hari ini kau dengar adzan subuh?” Ujar Pri kepada Ipul setelah meneguk kopi panasnya
“Engga mas, Biasanya kan yang adzan Mbah Dudung tapi gak tahu kemana beliau pagi ini” timpal Ipul
“Apa beliau sakit yah?” Selidik Pri,
“Tapi aku mendengar langkahnya tadi pagi, seperti biasanya. Aku yakin betul itu langkah Mbah Dudung orang tiap hari lewat rumahku kok kalau mau ke surau” Tri bergabung dalam perbincangan itu.
“Wah, kemana ya Si Mbah?” Pri dan semua yang di warung kopi menjadi penasaran
“Bagaimana jika lepas dzuhur kita tengok beliau, sekalian nanti kita shalat Dzuhur di surau” Saran Tri.
“Ide bagus, rasanya sudah lama yah aku tak pergi ke surau” Ujar Ipul bermuhasabah
“Hanya Si Mbah yang menghidupi surau, sendirian. Kasihan yah” Pri ikut bermuhasabah juga
“Malu aku, jarak rumahku lebih dekat ke surau daripada rumah Si Mbah” Tripun tak mau ketinggalan untuk bermuhasabah diri.
“Ah, Ayo ke Surau, Dzuhur sudah hampir menjelang” Kata Ipul. Di ikuti teman-temannya yang juga beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke surau. Setelah membayar kopinya masing-masing akhirnya mereka meniti langkah ke surau.
“Kok belum adzan juga yah? Harusnya dzuhur sudah masuk waktunya. Seperti biasa Si Mbah kan On Time” komentar Tri
“Tuhkan berarti bener Si Mbah sakit..” Kata Pri sok tahu. Ketiga pemuda tersebut lalu mempercepat langkahnya menuju surau.
“Astagfirullah” pekik Ipul saat memasuki pintu surau, membuat kedua konconya segera menghampiri Ipul yang nampak shock
“Ada ap.. Astagfirullah Mbah” Tripun begitu, sama kagetnya.
Si Mbah telah tergeletak di surau, bukan sakitlah yang membuat Mbah begini. Karena banyak darah di sekitar jenazah Si Mbah. Si Mbah tiada karena tertimpa kayu atap surau yang sudah amat lapuk.
“Inalillahi wa inna ilaihi rajiun” Desah Ipul, Mendekati jenazah pria paruh baya itu
“Insyaallah Si Mbah syahid” Lirih Tri
Tak bisalah menyalahkan rayap yang membuat kayu-kayu surau lapuk, Si Mbah kini tiada. Jenazahnyapun akan segera di semayamkan setelah warga sempat geger atas kematian Mbah Dudung ini. Tak ada yang bisa di salahkan, Allah sudah menggariskan Syahidnya Mbah Dudung, yang meninggal di Surau kesayangannya itu. Namun apakah setelah Mbah Dudung tiada adakah lagi penduduk desa yang mau peduli akan surau tersebut? Adakah yang hedak meneruskan tekad baik sang “lelaki surau”?
Betapa kita adalah manusia yang lalai, dan terkadang meremehkan perbuatan baik seseorang. Seperti Mbah Dudung ini, yang jasanya di abaikan. Astagfirullah..
Namun tak ada kata terlambat untuk berubah dan memperbaiki segala, untuk mulai menghargai orang lain dan jasa-jasanya atau mungkin membalas kebajikannya sedikit demi sedikit mungkin?  Karena perbuatan (meski) sebesar biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, Maka Allah akan mendatangkan balasannya (Luqman:16)

Yowis, thanks udah baca, monggo komen ceritanya, kritik saran ditunggu yah, buat Rafa yang masih pemula iniii.

And, the last,
 Happy Fasting , Happy Ramadhan 1433HJ

Minggu, 01 Juli 2012

#UdahPutusinAja

#UdahPutusinAja 
by Ustadz  @Felixsiauw 

sebagai anak muda kita gak luput dari rasa pengen tau, salah satunya mungkin pacaran. sebenernya enggak ada hadist yang secara gambang melanggar pacaran, itulah yang menjadi dalih anak muda jaman sekarang untuk tetap melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, namun ada hadist larangan ber khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis) dan pacaran itu (biasanya ber khalwat) adapun yang enggak berkhalwat tapi sama-sama aja sihh. untuk lebih jelasnya baca  lebih lanjut yaa...

1. pacaran itu menjalin silaturahim| 
"silaturahim itu hubungan ke kerabat, bukan pacaran" #UdahPutusinAja 

2. pacaran itu bikin semangat belajar
 "semangat belajarmaksiat?" #UdahPutusinAja 


3. pacaran itu buat dia bahagia, itu kan amal shalih | 
"ngarang, btw, telah bahagiakan ibumu? ayahmu?" #UdahPutusinAja 


4. pacaran itu sekedar penjajakan kok | 
"serius nih penjajakan?ketemu ibu-bapaknya berani?" 
#UdahPutusinAja 


5. kasian kalo diputusin |
 "justru tetep pacaran kasian, dia dan kamu tetep kumpulin dosa kan?" 
#UdahPutusinAja 


6. kasian dia diputusin, aku sayang dia | 
"putusin itu tanda sayang, kamu minta dia untuk taat sama Tuhannya, betul?" 
#UdahPutusinAja 


7. putus itu memutuskan silaturahim | 
"silaturahim itu kekerabatan, sejak kapan dia kerabatmu?" #UdahPutusinAja 


8. nggak tega putusin.. | 
"berarti kamu tega dia ke neraka karena maksiat? apa itu namanya sayang?" #UdahPutusinAja 


9. aku nggak zina kok, nggak pegang2an, nggak telpon2an, kan nggak papa? | 
"nah bagus itu, berarti gak papa juga kalo putus" 
#UdahPutusinAja 


10. aku pacaran untuk berdakwah padanya kok | 
"ngarang lagi, dakwahmu belum tentu sampai, maksiatmu pasti" 
#UdahPutusinAja 


11. nanti putusin dia gw gak ada yg nikahin gimana? | 
"pacaran tak jaminan, realitasnya banyak yg nggak nikah sama pacarnya" 
#UdahPutusinAja 


12. berat mutusin |
"semakin 
berat engkau tinggalkan maksiat untuk taat, Allah akan beratkan pahalamu :)" #UdahPutusinAja 


13. nanti aku dibilang nggak laku gimana? | 
"bukan dia yang punya surga dan neraka, abaikan saja" 
#UdahPutusinAja 


14. kalo aku putusin dia, dia ancam bunuh diri | "belum apa2 
pake anceman psikologis, dah nikah dia bakal ancem bunuh 
kamu!" #UdahPutusinAja 


15. dia masi ada utang ke aku, berat mutusinnya | 
"hehe.. kamu ini rentenir ya? kl terusan hutangnya malah nambah" 
#UdahPutusinAja 


16. pacaran itu makan waktu, makan duit, makan hati | 
mending waktu, duit dan hati diinvestasikan ke Islam, 
#UdahPutusinAja 


17. pacaran memang tak selalu berakhir zina, tapi hampir semua zina diawali dengan pacaran, 
#UdahPutusinAja 


18. pacaran itu disuruh mengingat manusia, bukan 
mengingat Allah | melisankan manusia bukan Allah, 
#UdahPutusinAja 


19. pacaran itu bikin ribet, dikit2 bales sms, dikit2 telpon, dikit-dikit minta dikirim pulsa
#UdahPutusinAja 


20. pacaran itu dikit-dikit galau, dikit-dikit galau, galau kok dikit- dikit? hehe.. #UdahPutusinAja 

21. lelaki, coba pikir, senangkah 
bila engkau menikah lalu ketahui bahwa istrimu mantan ke-7 laki- 
laki berbeda? #UdahPutusinAja 


22. wanita, coba pikir, inginkah berkata pada suamimu pasca 
akad kelak "aku menjaga diriku utuh untukmu, untuk selamanya"


mungkin  baru itu yang bisa di share, semoga bermanfaat, Salam :)

Jumat, 11 Mei 2012

Hiking with ISMU14


Sabtu, 05 Mei 2012 mungkin bakalan jadi hari yang berharga dan Unforgettable buat aku dan beberapa temanku yang bergabung dalam komunitas ISMU. ISMU itu ekskul kami, ikatan siswa miftahul uulum ya itu singkatannya. Mungkin dari namanya kami terlihat sebagai makhluk-makhluk yang suka berdiam di mesjid, membaca buku, dan mengaji. Tapi di sisi lain, kami juga penakhluk tantagan. Oke cekidot..
Tadinya sih jam 7 kita janjian di sekolah, namun karena keterbatasan manusia dalam merencanakan segala sesuatunya (ini adalah bahasa halus dari istilah NGARET), walhasil kami berangkat dari SMPN 1 Baleendah- Sekolah tercinta kami- sekitar pukul 07.45 untuk menuju lokasi start menggunakan angkutan umum (penggunaan bahasanya lebih baik darpada angkot ya?). Oh iya, kegiatan yang kami lakukan hari ini adalah hiking, kami mengambil start di Cangkring, orang-orang bilang tujuan kami hari ini adalah sebuah sungai bernama citiis which mean air yang dingin. Loh makin penasaran kan seberapa dingin sih airnya? Ya udah deh aku dan pasukan mulai jalan, oh iya sebelumnya aku absen dulu mereka, ada Fini, Purna, Nenden, Anggi, Nadia, Dilla, Farid, Eko, Rida (tapi panggil aja dia Epul, kita lebih enjoy panggil dia Epul) dan pastinya dibawah pengawasan yang senior (gak sanggup aku nyebut tua. wkwk) ya, Kang Rully, Instruktur ISMU.
One by one, step by step mulai kami lalui, pada awalnya kami masih bisa nyayi-nyanyi ala celline dion bodo amat deh suaranya jauh, ya seenggaknya suaraku beda 1 oktaf sama dia *kayak yang ngerti aja ya*
“disini kalian masih sempet ketawa-ketawa, Nyanyi. Mari kita lihat nanti di atas” kata Kang Rully, yang ternyata ramalannya enggak meleset. Kami segera menemukan tanjakan pertama. Entah kenapa aku punya semangat yang begitu besar. Aku berjalan di belakang kelompok anak laki-laki yang saat itu memang ada di depan posisi paling depan. Aku berjalan beriringan dengan Nadia sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Kami mulai bisa melihat Baleendah dari atas, sesekali ku lihat Nadia sudah menegak air minumnya berkali-kali padahal perjalanan itu belum ada apa-apanya namun terik matahari sudah mulai meninggi membuat tetesan keringat kami mulai keluar.  Sempat kami terhenti beberapa kali untuk istirahat. Beberapa kali juga kami terhenti karena ada di antara kami yang sudah kelelahan.
Anggi, ia kelihatan cape, wajahnya yang putih jadi merah kayak yang udah mateng. Akhirnya kamipun beristirahat di sebuah ‘saung’ apaanlah itu bahasa indonesiannya? (Ya mungkin buat yang enggak tau itu tuh semacam tempat berteduh yg terbuat dari bilik. Yaa kurang lebih gitu ya) kami duduk-duduk disitu untuk melepas lelah. Oh iya, sebelum duduk di saung, Purna duduk di depan teras rumah warga disana naaah pas itu ada yang nyamperin Purna. Ya, seekor anjing, Purna nyampe istigfar berkali-kali sambil minta tolong sama Fini. Ahh dasar ada-ada aja. Sampai akhirnya bisa join sama yang duduk di saung. Lain Purna, lain lagi Nadia pas dia duduk di saung ada ayam nyamperin dia lari sekenceng-kencengnya sambil nangis. (dia pernah cerita sama aku kalo dia trauma sama yang namanya ayam, jadi aku udah enggak aneh lagi)
Nah, disini kita ketemu sama bapak-bapak yang bawa motor, motornya motorcross (iya kan yah ?). mungkin itu rekan kerja papanya Purna sama Farid. Soalnya mereka saling kenal, kocaknya adalah ketika salah satu dari mereka nunjuk farid “oh, ini anaknya Pa Juju” katanya “cuman Pa Juju putih yang ini kok item” lanjutnya, sontak semuanya ketawa. Apalagi si Eko tuh ketawanya puaas benerr. Karena merasa istirahat cukup kamipun segera melanjutkan perjalanan. Jalanan sudah mulai bersahabat tidak terlalu menanjak seperti yang tadi jadi aku tak terlalu kelelahan, apalagi kelihatannya kami sudah berhasil melewati satu gunung, karena Baleendah yang tadinya bisa kami lihat dari atas kini sudah tertutupi. Yang bisa kami lihat kini adalah petak-petak sawah dan pepohonan yang kebanyakan adalah bambu-bambu yang menjulang tinggi sampai bengkok-bengkok di sisi atasnya.
Aku dan Nadia masih berjalan, tapi kemudian kami lihat Eko dan kawan-kawannya sedang beristirahat di sebuah saung yang ukurannya mungkin lebih kecil dari saung yang sebelumnya, aku dan Nadia masih enjoy-enjoy aja jalan ninggalin mereka. Pas kita lewat mereka malah ketawa usil. Aku sih engga peduli, ya udah aku konsentrasi  jalan.
“Ada Anjing oy” Peringat Epul, yah pantesan aku diketawain. Nadia mulai keliatan mundur lagi, tapi aku belum karena pingin lihat anjingnya lebih dekat siapa tau di iket kan?  Ternyata engga, ya udah aku diem aja disitu sekalian nunggu yang lain (daripada mundur lagi, cape lagi ya udah diem aja—“ ).
“Jangan diliatin anjingnya” kata Eko yang sudah mulai jalan lagi
“enggak kok, entar dikiranya aku naksir sama dia lagi” Apapun itu, aku jawab asal ceplos.
Perjalanan kembali ditempuh, banyak warung di jalan sempet kepikiran buat silaturahmi dulu yaa sambil ngopi dan makan gorengan, haha tapi nampaknya timing-nya enggak pas karena aku pengen cepet sampe di citiis. Jalanan masih gitu-gitu aja, tanjakannya sedikit-sedikit, malu lah kalo tiba-tiba aku diem kecapean terus pingsan (kenapa harus malu? Oke, aku jelaskan bahwa disana yang punya badan gede cuma aku kalo yang lain bodinya langsing-langsing. Jadi aku disini sekalian pamer tenaga -__- ) akhirnya kita masuk jalanan aspal, namanya udah daerah arjasari, arjasari itu terusan banjaran sedangkan kita start dari munjul. Aku pengen tepuk tangan buat diri aku sendiri dan teman-temanku pastinya (intinya munjul dan banjaran itu jauh, kalo pake kendaraan umum ongkos bisa sampe 7 Ribuan dah *catatan: Pra BBM naik nih harga*)
Aku jalan, (masih gitu-gitu aja, bareng Nadia dibelakang Eko cs) kita jalan terus enggak sadar kalo temen-temen lain masih di belakang. Aku dan Nadia ikut stop pas liat Eko cs juga berenti di bawah pohon bambu. Gak lama kemudian kita memastikan, Epul mundur lagi kesono buat ngecek, untung. Ampir aja kita berlima salah jalan. Syukurlah Allah masih dan selalu bersama kita.
Skip. Ceritanya masih jalan gitu-gitu aja dijalan aku dan Nadia nemu banyak cacing, pantesan tanahnya subur, ya Cuma itu sih yang aku pikirin. Sampe di jalan gede, depan kantor kecamatan Arjasari ada tukang es krim, pengen, jujur pengen banget. Cuma katanya gak baik buat kesehatan (karena aku anak baik akupun nurut *intinya: mengurangi pengeluaran duit harian) oh iya, kali itu kita kagak ada jaim-jaiman oke, kita tau itu jalan raya dan dengan semangatnya kami nyanyi APALAH ARTI MENUNGGU- galauisme banget lah ini lagunya. Gak peduli orang lain sakit perut dengernya, hahaha..
Sampailah kami di sebuah perumahan, aku masih ingat , aku pernah kesini, aku punya kerabat disini. Tapi letak persis rumahnya aku lupa lagi. Di depan perumahan tadi ada patung yang cukup menarik, jadi kami sempat foto foto dulu disana. Cape mulai terasa lagi, saat itu sekitar jam 11.00 pagi, tak terasa kami berjalan dari sekitar jam 08.15 lah, tapi kami belum sampai juga di citiis.
Akhirnya kami beristirahat di tepian jalan di bawah pohon, disana kami bisa lihat hamparan kebun jagung yang subhanallah bagusnyaaaa. Nah yang daritadi jaim sekarang dapet sesi pemotretan tuh, fotonya so-so can did-can did gimanaaa gitu.  Yah, Epul sama Eko yang dari tadi keliatan biasa aja sekarang actionnya.
“capenya ilang liat pemandangan kayak giniii” Si Dilla yang tadinya kecapean jadi teriak-teriak, aku sih Cuma pengen minum terus nyari tempat adem kayak disini, bawah pohon what a perfect place !
“tuh citiis itu disana” kata Kang Rully nunjuk gunung yang jauuh bener. “Ayo cepet, biar cepet nyampe “ lanjutnya
-skip- kamipun jalan lagi, karena ide pokok dari cerita ini adalah BERJALAN.naiknya ekstim kayak naek tangga gak berenti berenti tangan megangin rumput walhasil gatel-gatel dah itu tangan. Berkali-kali kita istirahat, kasian Anggi sama Dilla yang keliatan lesu banget. Di jalan kita ketemu bapak-bapak
“pak, cities dimana ya?” Kang Rully nanya lagi sama bapak-bapak tadi.
“ahh. Udah deket engga seperempat jalan lagi” jawabnya menyakinkan, aku yang tadinya lesu, jadi ikut excited tuh dengernya. Kamipun jalan lagi, di jalan Anggi samaDilla tambah keliatan lesunya. Kasian banget, aku cepet cepet sadar, kalo daritadi aku itu jalan di depan enggak merhatiin keadaan yang dibelakan se egois itukah aku? Astagfirullah ~
Sedang yang lain istirahat aku sms eko, karena dia dan csnya kayaknya udah ninggalin jauh.
“udah nyampe?” yang aku pengen tau yaa Cuma itu doing yang aku pengen tau
Gak lama kemudian dia bales ”udah” yaudah aku diemin berarti udah deket, eh terusnya dia sms lagi “2 km lagi” loh ? mungkin dia bercanda jadi yaudah deh aku diemin karena temen-temen aku udah mau jalan lagi..
Baru jalan beberapa meter kita berenti lagi, kata kang Rully tunggu dulu, yaudah aku sih kembali tiduran gak peduli baju kotor yaa namanya cape. Wkwk
Gak lama kemudian Kang Rully minta kita kumpul, aku udah feeling ada yang gak beres nih..
“sekarang kita rundingin dulu, soalnya gini sekarang akang gak bisa pake pendapat akang sendiri” ya gitulah kurang lebihnya kang rully ngomong “jadi perjalanan kita itu 2 km lagi, kalian mau lanjut apa enggak?” lanjutnya, astagfirullah ~ si eko bener masih jauh ternyata. Aku ampir hopeless disitu, cape. Tapi sayang udah jauh-jauh engga liat tujuan arghh ,gendok :/
Berdasarkan hasil musyawarah akhirnya kita lanjut dah itu perjalanan, -skip- ini cerita kan tentang BERJALAN, SAYA ULANG SEKALI LAGI BERJALAN KAKI. Naah karena hari semakin siang dan belum nyampe juga, otomatis kita gampang capenya kamipun berhenti sebentar buat nanya nanya lagi. Kelakuan si eko disini adalah ngambilin air ya ngalir sih, mungkin itu clue artinya kita udah deket sama sungai citiis tujuan kita tadi.
“enak dong, seger..” kata eko bangga
“sini nyobain” kata Farid, sayangnya eko enggak ngasih tapi beruntunglah farid karena beberapa saat kemudian ada bapak-bapak bilang. “disitu airnya jelek, banyak yang buang aer di atasnya” wii sontak dah kita enek. Begitupu eko yang minum tapi dia belum mau buang itu air yang tadinya dia bilang seger. Haha :D
Skip lagi JALAN KAKI LAGI. Sampe finalnya, jengjeeeng masih jalan juga. Kang rully sekarang di depan sama Eko cs. Nyuruh eko cs diem. Tau kenapa ? soalnya suara airnya udah kedengeran waaaaa..
Disana aku langsung aja lari, lemesnya ilang aku masih ngikutin Kang Rully dan suara airnya makin jelas. Aku langsung tos sama Kang Rully sambil senyum puas karena kita sudah sampai di tempat yang asalnya aku gak yakin bisa nyampe sana. “Aaaaaaaa …” dengan excited -nya aku teriak. Aku gak sadar kalo aku ninggalin Nadia saking senengnya, tapi ujungnya Nadia nyampe juga sih. Eko cs udah mulai main air, yang lain masih belum juga nyampe, tapi enggak lama kemudian mereka dating dan kita istirahat sebentar terus makan, dan disini aku punya cerita sendiri. Orang lain dibekelin dengan box yang rata-rata ukurannya sedang-kecil sedangkaan aku dibekelin box makan besar isinya full, 2 ayam 2 perkedel nasi banyak. Ya Allah mama aku sayang banget yaa sama aku, takut anaknya kelaparan. Thanks mamaa <3
Seselesainya makan, Kita shalat dengan keadaan yg seadanya karena kita enggak bawa sejadah. Ya walhasil apa aja yang ada kita pake. Yang penting shalatnya bener dah :D terus udah itu kita main air sambil foto-foto juga . oh iya, airnya lumayan dingin seperti namanya CITIIS. Ahasik deh pokoknya J aku sih tadinya enggak niat basahan seluruh badan tapi karena si Dilla main guyur-guyur aja yah basah deh semuanya (Dilla yang tadinya lemes banget udah nyampe sungai jadi kayak gini. wkwk)
Ada aja akal usil mereka, dari mulai ngeguyur dengan cara tradisional, ngejatohin (jatohnya di air otomatis basah kan yah?) sampe ngeguyur pake botol bekas air minum. Sampe basah semua lah ini baju yang tadinya pengen kering-kering aja..
Pas lagi main air kang Rully ngumpulin kita di tengah sungai. (apa gak keren tuh ngumpul di tengah sungai?) dan beramanat yang intinya “jangan lupakan ISMU (mengingat kami adalah siswa kelas 9 yang sebentar lagi melangkah berjauh-jauhan untuk menjalani kehidupan kedepannya masing-masing L) dan ya begitulah kami harus tetap menjalin silaturahmi walau sudah berjauh-jauhan”
Seselesainya berkumpul, kami sadar ini mungkin akan menjadi kali terakhir kami hiking selama kelas 9. Jadi kamipun memanfaatkan kesempatan selagi belum berpisah dengan cara saling guyur haha. Seselesainya main air kamipun segera mengganti pakaian dan di situ aku baru sadar kalau tak ada kamar ganti sama sekali disana walhasil kami ganti baju di semak-semak dengan cara yang R.I.B.E.T –prememory ah malu-maluin-
Finish, kami segera kembali BERJALAN untuk pulang dan perjalanan ini tak sesulit yang tadi aku sangat menikmati setiap langkah yang ku tempuh mungkin aku sudah di charge di sungai tadi. Finally kami sampai di sekolah dan pulang menuju rumah masing-masing ~
The story is end, but our friendship will never end.

nb: maaf ya engga aku upload fotonya karena emang enggak ada dan koneksinya lemot

Jumat, 24 Februari 2012

UN -antara semangat dan depresi-

udah lama gw kagak corat-coret di blog, sekarang izinin gw balik lagi dan menulis lagi.
dear blogger.. (kayak tante angelina sondakh waktu curhat d blognya)
hari demi hari gw lakuin, jadwal padet udah enggak kerasa lagi (saking seringnya kali yah) yah as you know, gw pelajar yang siap nantang UN, yaa kelas 9 gituh.

setiap harinya gw lalap abis tuh soal-soal, itulah juga kenapa gw baru nulis entry lagi. banyak motivasi dan dorongan yang gw dapet dari semua orang di sekitar gw.

tapi kenapa akhir-akhir ini rasanya gw dapet pressure dari mana-mana. padahal maksud mereka tuh ngasih motivasi kok otak gw malah tertekan yah? gw takut, takut kagak lulus tapi bawaannya bingung musti ngapain belajar moodnya down, gak belajar ketakuutan hah plisdeh--"

hari berlalu, angin tetap berhembus, cuaca berubah, daun-daun tetap tumbuh, kayak slank bilang , sampe akhirnya gak kerasa UN tinggal 2 bulan lagi. naah inilah konfliknya, makin deket ke UN , setan makin banyak, godaan tingkatanya udah ganahan deh. tv lah, facebooklah, dan twitterlah.

disaat harusnya gw belajar, ngantuk pasti ngegoda, ah seringnya sih gw kegoda terus aja tidur. astagfirullah --"
kalo dibandingin sama target gw masuk sma favourite di Bandung, hadaww usaha gw yg skrg edan-edanan jauhnyaaa. hah, ini tulisan sambil gw instrospeksi diri dah yah, gw pengen banget masuk sman di kodya biar kagak kekurung di daerah sini.

makanya, gw minta kalian semua bantu doa buat gw yaaahhh :) gak usah ada gerakan koin cinta untuk rafa kok, cuma doa aja :) haha..
ok, blogger thanks for being reading my story

Rabu, 28 Desember 2011

facebook isn't a diary

"baru pagi-pagi udah putus sama pacar" mungkin buat para facebookers aktif, hal ini udah biasa mereka baca. hal ini sih belum se-ekstrim marahin temen facebook "MAUNYA KAMU APA SIH ? MATANYA SINIS BANGET. DASAR ADEK KELAS GAK SOPAN" maksudnya dia marah marah sama ade kelasnya kok temen facebooknya yang dimarahin. ada lagi yang beraninya "nembak" via facebook. "aku pengen jadi pacaR kamu"maksudnya kecengannya inisialnya R. plisdeh--"
mari kita berfikir jernih, apa coba salah temen facebook kita? how ever, facebook is a social network!
SOCIAL NETWORK guys, tau sosial kan? artinya menghimpun banyak orang. apalagi buat yang eksis temen facebook sampe ribuan, terus ada kemungkinan ribuan temen facebook kamu itu baca status kamu yang fulgar abis.

jadi? masih gak kasian tuh sama yang baca status kamu? aku punya satu lagi kelemahan kalo kamu share segalanya di facebook. dengan kamu yang share melulu di facebook tanpa proteksi, dan mikir dua kali kalo bikin status orang bakal tau dengan mudah kelemahanmu, artinya kamu ngumbar aib kamu sendiri dong ya? atau orang malah bakal ngegosipin kamu karena statusmu 
jadi, saya disini ngajak temen-temen mikir dua kali kalo mau buat stat facebook..
mending bikin status yang ngajak kebaikan yo..
  

Minggu, 25 Desember 2011

Trip Jogja SMPN 1 Baleendah ala 99 dounat.com

Dari jauh jauh hari ibu tini udah wanti-wanti buat prepare uang buat kegiatan ini. Yah, aku sih respect aja tujuannya bagus, ngeringanin beban orang tua buat bayar trip ini. Awalnya sempet ada ‘sedikit paksaan’ buat ikut dari bu Tini. Tapi paksaannya gak mempan buat yang keukeuh gak ikut..
Finally, yang ikut cuma 22 orang dari yang harusnya 42 orang.
Rencana panitia mateng, tempat duduk udah fix aku kebeneran kebagian sama ALFI DAN RESTU. Posisinya di tengah laah, gak terlalu belakang gak juga keitung depan. Sebelah kiri dari bangku kita ada NOVI DAN DESSY, didepan ada RESITA DAN HERNY, di belakang ada FARID , ROBERT DAN DEWA.
Seberesnya, preparing dan berdo’a  Kita semua berangkat jam 6.30-an dari SMPN 1 Baleendah, perjalanan panjang dimulai…
Ada yang kelupaan deh kayaknya, biasanya travel Cuma punya kaset lagu dangdut sama lagu lawas dan no one yang bawa kaset film action, or something like that…
Well, kita pantengin aja tuh kaset yang di sediain travel, yang pertama muncul adalah bapak-bapak lagi maen kecapi. Okelah, tapi kaset itu mendadak bikin penasaran pas si bapak-bapak tadi bilang “saya akan ditemani seorang anak SD yang sudah pandai bernyanyi, lagu mandarin bisa, barat bisa, Indonesia apalagi” yah kurang lebih ngomongnya gitu laah. Aku sempet mikir, keren nih, dan aku kecewa pas yang keluar adalah orang yang di dandanin kayak anak SD --“ Si Asep namanya, awalnya iya dia nyanyi kesananya jauhh, lawak banget, kocak deehh. Si asep juga bawa budaya yang gak bener ke si Restu, sampe pulang dia ngomong pake “sim aing” bahasa yang indah -_- 
Adegan inilah yang paling aku benci, travel nyetel CD Ayu tingting, aku sebagai orang berkelas (membela diri) mending masang headset aja di kuping, lagian juga ini lyric lagu ayu tingting gak mendidik banget. Yaudah mending denger murottal Qur’an kek, atau lagu barat kek yang jelas syairnya, sambil sharing di twitter …
Mp3 handphone aku di shuffle, jadi muternya acak, #nowlisten – QS Ar-Rahman, itu yang aku tulis, tapi yang lain mungkin bakal nulis #nowplaying – Alamat palsu dan volumenya dikerasin pula, suara yang langsung masuk ke kuping aku aja kalah sama suara si ayu tingting. And, I feel, I can’t stand. Aku mulai mabok (maklum biasa naik kereta kencana) dari situ, dan terjadi klimaks pada saat semuanya tidur, bisa dikategorikan amat sangat memprihatinkan. Untung si Alfi bangun dan tumbennya baik mau bantu aku yang sedang sangat payah dan RIPUH.
Kondisi ini ada kemungkinan karena aku silent, biasanya kan cerewet. Oke, kesananya aku mau ikut ngeributin bis aja deh. Seberesnya memulihkan keadaan di Tasikmalaya. Bu Tini (wali kelas), aku berusaha buat gak menyendiri lagi, aku ikut ngeributin bis sama yang lain,yang lucu adalah posisi tidur Dewa, sama Robert sampe Farid mesti ke usir ke bangkunya Ira yang kebeneran duduk sendiri. Paginya, mereka cerita, posisi tidurnya adalah sebagai berikut:
1.       Dewa tidur menghadap kaki Robert
2.       Robert tidur menghadap kaki dewa
3.       Farid tidur dengan posisi nelangsa, entah gimana pokonya kakinya Farid ampir ketuker sama kakinya Robert
4.       Ira tidur dengan ketakutan karena ada makhluk lain di sisinya *eh
Setelah melewati perjuangan panjang, akhirnya kami menjejakan di Orang utan, eh, Rumah makan orang utan di daerah Malang, pokoknya gak jauh dari Borobudur. Disana kita mandi (buat yang niat) kebeneran kamar mandinya banyak, shalat subuh (padahal matahari udah senyum di timur), terus makan. Sayangnya kita keabisan kerupuk, aku sediih banget juju r aja ya. Dengan perasaan sedih kitapun makan, dan ngebandingin muka sama orang utan yang lagi pose di depan resto.
Beresnya makan, kita semua caw ke Borobudur, guess what? Orang Bandung kepanasan disana, mana disuruh baris dulu, waaw panaas. Akhirnya kita masuk juga ke kompleks candi dan gak lupa pake sarung batik, tujuan sarung batik ini mulia looh, memperkenalkan batik pada dunia internasional, kata security candi sih gitu, tapi yang masih jadi pertanyaan aku adalah “kenapa di pakenya mesti di pinggang? Kenapa gak di leher kayak superman coba?” dan relief Borobudur itu gak bikin kecewa kita kepanasan, keren banget, setiap detailnya di perhatiin . amazing !
Di Borobudur, layaknya wisatawan pada umumnya otomatis kita foto dong, sayang dari Bandung jauh-jauh ke jogja kagak ngambil foto





lanjut lagi kita kerumah makan, buat melalap abis piring, eh isi piringnya.
Puas keliling Borobudur dan makan, kita chek in di hotel, kebeneran aku sekamar sama Dessy, Novi, dan Restu, kamar kita agak mojok di lantai 2 tapi ada yang lebih pojok dari kamar kita, kamarnya Resita, Herny, Alfi sama Linda, view kamar mereka adalah genteng rumah orang. Kalau di certain keadaan kamarnya cukup mengenaskan, karena kita tidur berempat, tapi kasur yang disediain adalah kasur buat dua orang dengan tambahan 2 kasur buat di lantai. Mengenaskan. Beda sama nasib yang lain yang ada fasilitas 2 kasur tingkat, jadi cukup buat 4 orang. Ah, biarin, nyampe jogja selamet juga udah untung. Yang kita lakukan selama di hotel adalah jalan-jalan liat keadaan orang lain, barangkali aja ada yang lebih mengenaskan dari kita. Ternyata muter-muter itu cape dan membuat kita terdampar mengenaska dalam kamar ber-ac tanpa remot alias kagak nyala. Yang ada hanyalah kipas angin yang sedia berputar didepan kamar mandi, walhasil kita juga termenung di depan kamar mandi. Menjelang sore, kita sadar diri, kita belom mandi. Akhirnya kitapun mandi, yang pasti mandinya munfarid bukan berjamaah.
Udah action, dandanan kece, kita jalan-jalan lagi nyari atmosfer baru di Jogja, kita jalan ke kolam renang, disinilah Herny jadi peran utama cerita. Herny, udah mandi, dandanan cool abis. Aku ajak dia ke kolam yang dangkal sama Dessy dan Restu. Dengan semangat 45 Dessi ngangkat celananya dan masuk ke dalem air, Restu juga sama, aku juga udah ngangkat celana siap action nyemplungin kaki ke kolam. But, what problem with Herny? Dia Over spirit, well, dia kepeleset dengan indahnya, di inget-inget dia nyakuin handphonenya dan baru sadar setelah dia berlama-lama di air. Pas inget, kita kaget berjamaah, si Herny sama sedih nasibnya sama aku waktu mabok kemarin, mandinya duakali, hape kecemplung, baju basahh. KASIHAN SEKALI.
Rencananya Malem ini kita mau hunting belanjaan di Malioboro. Setelah Herny ganti baju, kita nunggu waktunya pergi ke Malioboro. Karena waktunya masih lama yaudah, aku tidur aja sama si Herny. Maklum tukang tidur. Hahaha :D
Pas bangun ternyata belum juga mau berangkat, kebetulan ada si tiara depan kamar aku, dia lagi duduk . kita ngobrol, eh taunya dia ngajak jalan-jalan muter hotel yaudah akusih go aja. Kita jalan kekamarnya anak 92 yang cewek, and you know ? sekamarnya 8 orang ! Fasilitas kamar emang better daripada yang aku, Cuma isinya ituloh 8 orang, waw. Di dalemnya ada dispenser kamar mandi keren yah keadaan kamar mandi kamar aku jauh dibanding ini Cuma yasudahlah. Takdir tuhan mungkin.
Pulang dari kamarnya anak 92, aku balik ke kamar, baru nyampe tangga si Dessy datang, dengan panic dia bilang, kunci kamar patah. Lucu banget yah, ada juga kejadian kayak gini pas lagi seneng-seneng. Kejadiannya gak jelas, soalnya aku gak ada di TKP waktu kejadian. Penyelesainnya gampang, Bu Tini malah jadi yang harus bayar gara-gara kunci lapuk itu. Pas kita minta maaf, jawabnya “udah biarin, kalian kan study tour bayar, jangan mikirin yang gitu. Sekarang waktunya senang-senang” aduuh, baik sekali wali kelasku iniii :*
Akhirnya, kitapun berangkat ke Malioboro, tapi sebelumnya kita mampir dulu ke pabrik bakpia yang sekaligus tempat beli oleh-oleh. Bakpianya enak, terus aku beli tengteng kacang. You know ? this is my favorite , well aku gak mikir duakali pas mau ngambil tengteng kacang tadi. Gak mengecewakan, rasanya enak banget. Lanjut ke Malioboro, Sesampainya di Malioboro, aku langsung aja move on sama pasukan 99 . menjarah setiap tukang kaos sama kolor disana. Akhirnya aku dapet kolor seharga 15 ribuan, dan aku bangga *eh. Dessy, jangan ditanya, belanjanya banyak banget.
Aku ilang di malioboro, kebeneran ketemu tiara sama Rafiani lagi belanja, akhirnya kita jalan lagi ke tempat bus. Rafiani masuk busnya duluan, kalau aku sama tiara lebih milih duduk-duduk dulu deket tukang sate padahal kita gak beli satenya. Disana ada Targa, dan kawan-kawannya. Sayangnya kita gak sempet lama-lama disana, keburu disuruh pulang ke Bus buat balik ke hotel.
Di adegan ini peran utamanya adalah M. BIBEN NURFAN , pas bus nyampe depan hotel, semua udah standby mau turun, paling masih ada satu apa dua orang yang masih menggeliat, yah maklum, abis menjarah malioboro. Semua udah turun, rafa emang turunnya agak telat. Didalem Cuma ada SIGIT keliatannya. Sigit masih beres-beres. Eh, ternyata si Biben sama si taufik masih tidur dengan pulasnya. Kata aku ke sigit “git, ini biben bangunin sama si taufik” langsung aja aku turun dari bus. Udah ngantuk banget nih mata.
Cerita Biben kita pending dulu, aku balik ke kamar. Kita semua shalat, terus ngemil, buka barang belanjaan. Dasar cewek, belanjanya super. Lantai kamar hotel penuh sama belanjaan kita ber empat. Aku gak bawa baju tidur, kebeneran aku beli kolor sama kaos yang adem kalo di pake tidur. Yaudah gak mikir dua kali, aku pake tuh. Pas mau tidur, si banyak banget yang ngegedor kamar, slah satunya si NADYA, pas kita udah mau tidur dengan formasi bandeng. Dia datang, “rafaaa.. buka pintunyaaa” dia teriak gitu malem-malem. Arghh.. mata udah tinggal sebelah niih. Yah, seberesnya urusan dengan nadya kitapun tidur dengan posisi maksa. Karena kasur lantainya kita tumpuk. Di kasur atas ada Dessy sama Novi, terus di kasur bawah aku sama si Restu. Jam 10 mata kita udah merem.
Pagi buta, aku baru bangun sedangkan Novi udah mandi, Dessy lagi mandi, Restu udah bangun dari tadi. Aku paling nikmat tidur ternyata. Seberesnya prepare segalanya, kita makan di hotel. Makannya romantis banget di pinggir kolam renang. Gak tau kenapa kursi sama mejanya basah, mungkin semalem ujan, tapi aku gak ngerasa karena terlalu nyenyak tidur .
Selesai makan, kitapun siap –siap ninggalin kamar hotel, check out gitu maksudnya. Aku ngecek semua barang yang ada di lemari, siapa tau aja ada yang ketinggalan. Setelah siap, kita semuapun pergi ke bis untuk lanjut perjalanan ke kota gede. Nah, disinilah aku keinget kasus Biben. Ternyata si biben dan si taufik gak di bangunin sama sigit, walhasil, dia ketiduran di bis. Untung aja ada sopir bus yang ngebangunin mereka.  Kebayang kalo mereka gak dibangunin, pasti menderita, orang lain tidur di hotel, mereka tidur di bis.
Nyampe di kota gede waktunya belanja perak, karena harganya relative mahal, jadi hanya kalangan tertentu yang mampu membelinya. Kalo aku sih, gak banyak yang bisa di lakuin disini selain liat-liat. Hahaha..
Gak lama kemudian, kembali kita berangkat goa jati jajar, perjalanan cukup panjang, well, aku, RESITA , dan RIZKY RISNANDAR, memanfaatkan waktu untuk curcol di bus *sempet-sempetnya* dengan keadaan yang sangat tidak wajar karena kami duduk di lantai bus. Lucu sekali, kita bergalau-galau di tempat yang ngenes mana deket sama kaki si farid lagi, kocakgagal. walaupun travel bilang perjalanan memakan waktu lama tapi kok ga kerasa ya ? tau-tau nyampe aja.
Perjalanan ke goa jati jajar cukup bikin merinding, soalnya gelap, terus kudu naik anak tangga pula. Wii, tapi pas nyampe di gua rasanya gak sia-sia jalan jauh. View nya keren enggak kayak gua yang kita bayangin ternyata. Dalemnya udah ada penerangan dan tangga. Batuan gua juga nambah keren aja. Keluar dari gua kamipun cari rombongan lain. Tapi aku, NADYA dan PURNA malah masuk pasar seni terus nyasar. Yaa, sebenernya gak nyasar juga sih. Nadya yang panikan udah gelagapan banget pas tau kita kepisah dari yang lain. Kalo akusih santai-santai aja. Kita udah puter-puter pasar nyari jalan keluar sampe akhirnya, ketemuu..
Sekumpulnya lagi kita semua, akhirnya kitapun lanjut perjalanan ke rumah makan buat makan malem, disini katanya ada panggung, jadi kita di suruh nyanyi, akusih santai aja karena gak ada niat maju sama sekali. Sesampainya d rumah makan, aku mikir 2 kali buat ngambil makanan, aku udah kenyang banget, yah, tapi yasudahlah. Dan, makanannya pedes, dan aku adalah orang anti pedes. tuhan tolong akuu…
Seberesnya prepare, shalat, kita masuk bis dan melanjutkan perjalanan pulang ke bandung tercinta. Dan sekarang, enggak lupa minum obat anti mabok biar kejadian kemaren gak ke ulang -_-

yang Harus di Renungkan

Ada pepatah bilang “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, kebanyakan pepatah ini di identikan dengan sesuatu yang positif, misalnya ayah atau ibu dari seorang anak adalah musisi handal, nanti kelak anaknya pun tak kalah handalnya. Contoh nyatanya kita ambil keluarga Om Adie MS dan tante Memes yang berhasil mendidik anaknya Kevin Aprilio menjadi musisi yang tak kalah hebatnya dari orang tuanya sendiri.
Tapi pernahkah kita berfikir ketika seorang anak kelakuannya kurang baik? Kebanyakan orang tua pasti menyalahkan pergaulan. padahal tidak menutup kemungkinan, si anak tadi meniru perilaku orang tuanya. Terkadang, orang tua di buat jengkel anaknya. Tapi pernahkan para orang tua bermuhasabah diri? Apa yang pernah mereka lakukan kepada orang tuanya terdahulu.
Yang saya maksud disini bukanlah hukum karma, tetapi contoh yang di berikan kepada anaknya tersebut. Terkadang latar belakang seseorang waktu kecil menumbuhkan karakter kedepannya. Ada pepatah lagi mengatakan “siapa menanam dia pula yang memanen” saya punya pengertian tersendiri atas peribahasa ini, ialah ketika saya mengibaratkan menanam adalah perbuatan yang para orangtua lakukan, dan saya ibaratkan memanen adalah perlakukan anak terhadap orang tua,  mungkin hal ini berkaitan erat. Mungkin secara pandangan saya sebagai orang awam, hal ini masuk akal.
Tidak menutup mata, pergaulan mempengaruhi secara besar karakter dari seorang anak. Akan tetapi pergaulan akan berjalan di atas sebuah dasar yang berasal dari keluarganya, juga pengawasan, dan bimbingan dari keluarganya.
Jika, anda merasa anak anda tidak pernah seperti apa yang anda harapkan, apa salahnya jika anda sebagai orang tua bermuhasabah diri. Merenunglah, apa saja yang anda contohkan pada anak anda? Jangan pernah meuntut kesempurnaan dari seorang anak, karena orang tua yang memberi contohpun, mustahil untuk sempurna. Setidaknya, para orang tua hanya berharap anaknya lebih baik dari dirinya.
Mendidik itu perlu kesabaran, menurut saya yang harus dengan jujur mengaku bahwa saya adalah seorang awam. Ketika seorang anak menjengkelkan, ia sedang mengajarkan kita untuk bersabar. Mungkin saja ia memang sulit di beri tahu, bandel, tapi bila kita memberi tahu dengan terus menerus. Mungkin lama kelamaan ia akan mencair, lalu mengalir seperti air.
Anda mungkin menilai Saya memihak pada para anak. Memang, saya disini mengajak anda untuk bermuhasabah, menarik nafas dengan tenang, dan berfikir tentang semua yang telah terjadi J
Maaf apabila, ada yang tidak berkenan di hati anda para pembaca khususnya para orang tua, karena kelancangan saya sebagai anak kecil yang sok tahu ini. Saya hanya menyuarakan apa yang saya fikir sebagai anak kecil, orang awam dan belum berpendidikan.
Mari berfikir positif atas apa yang tuhan beri J